Puisi Pertama

Sumber: Pexels



Kapan pertama kali merangkai puisi? Kalau saya saat duduk di bangku SMP. Berawal dari tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia, sampai akhirnya iseng menulis untuk mading sekolah. Berikut adalah beberapa puisi lama yang pernah saya tulis semasa SMP. Ternyata dulu saya selugu itu 😅



Mentari Nan Kesepian

Di gubuk  nan kecil, kubuang seluruh nafasku

Seusai kujelajahi bunga-bunga di tidurku

Ingin kutempuh lagi penjelajahanku

Namun, mentari telah menyapaku

Dengan bibir nan lekung

 

Disana-sini unggas bernyanyi,

Mengucap selamat pagi, pada sang ratu pagi

“Wahai menatri, jangan kau sedih lagi,”

Itulah untaian kataku, yang tersimpan dalam hati

Pada sang ratu yang meratap sepi

 

Andai, kubisa melayang

Ku akan temani ratunya cahaya terang

Namun, dalam besarnya harapku

Kau pun tergirang-girang

Kau tatap diriku yang masih terlelap

Mencoba melayang-layang

dalam buaian guling dan bantal

 

Mojokerto, 2008



Bahasa Terindah

Roda kehidupan yang kian fana

Apakah dapat terkalahkan?

Berjuta argumen terlisankan

Tetap tiada kata, insan kalahkan dunia

 

Terimakasihlah kau, atas tersuratnya

Surat pesan kehidupan

Yang terlukis dalam Al-Furqon,

Al-kitab nan agung

Karunia Tuhan

Dengan Bahasanya nan indah

Mampu membuburkan kerasnya

hati manusia

 

Itulah Al-Qur’an, Al-kitab jagat raya

Bagi seluruh umat tuk

dituntun pada cahaya terang-Nya

 

Mojokerto, 2008




Rumah Suci

Semana kala kodrat insan tercipta

Bertahan hidup demi keutuhan jiwa

Enath gubuk, gedung, atau pun istana

Sebagai payung hidupnya

Berlindung akan guyuran hujan dan

Sengatan api dunia

 

Manakala insan tergolek dalam sujud pada Yang kuasa

Siapakah papan sujudnya?

Istanakah?

Tidak,

Itulah rumah Tuhan, sang rumah emas

Tak sekadar rumah mewah atau mahal

Namun dialah papan dunia tersuci

Yang tak tergadai apapun

Karena sang masjidillah,

Berandanya sujud syukur insani

 

Mojokerto, 2008




Pancaroba Raya

Seiring berputarnya roda alam

Berputar dan berputar,

Menanamkan beragam cuaca di bumi raya

Entah cuaca semusim angin, atau

pun cuaca semusim gerimis lebat

Hingga kini, sang nusantara:

Terlanda pancaroba raya

 

Pancaroba:

Beralihnya mega terang dalam gelapnya alam

Hilangnya sejuta warna dunia terang

Hinnga rela jadi gulita tak berpelita

Tiada sinar dan cahaya pun terlelap

 

Meski berlangsam turunnya

Tetapi mengapa, sang tanah air ini?

Rasakan tempuran dua musim cuaca

Bertempur, berperang-perang keduanya

Dalam satu wadah waktu:

Pancaroba raya

 

Mojokerto, 2009



Serangkai Angan

Serabut langit malam mencekam

Di tengah kesunyian malam

Kala itu, aku bergelut dengan angan

Mengharap keelokan dunia merangkul

jiwa letihku

Namun, sunggguh terjal juangku

Seraya do’a kutembangkan

Hingga merasuk dalam buaian lelahku,

Namun mengapa Tuhan?

Hanyalah keretakan asa yang menepi

dalam aliran mimpi-mimpi

Ya Tuhan, apakah kau takdirkan,

serangkai angan kesemuan

menjadi santapan duka atas sepenggal harapku

Oh Tuhan, hujankan keadilan

Hingga kurasa titisan manis kehidupan

 

 Mojokerto, 2009



Andai

Rumah-rumah kecil nan kelam

Dipandangi ukiran jerami di alngitnya

Menuntun do’a-do’a sang pribumi

Memanjatkan asa nun jauh di awan

 

Andai...

Tiada priayi di tengah keriuahan umat

Aku yang terpaku mendiami jalan liku

Pastikan segera meraih angan yang

tertuang indah di gubuk tua

 

Andai...

Langit telah usai;

Pastilah tiada prakata: Bagai bumi dengan langit

Hingga ku mampu menerobis jendela kebebasan

 

Andai...

Putih adalah gumpalan darah

Maka akulah beningnya

Yang menjelajahi kebahagiaan

Di atas roda kemiskinan

 

Mojokerto, 2009

 


Perpisahan

Serabut mentari pagi menyapa

Kaki-kaki sang pemburu ilmu melangkah

Berburu sebungkul ilmu

Dan berbagi seutas pertemanan

Dengan sang pahlawan tak kenal tanda jasa

 

Diantara rerimbunan angan

Pucuk-pucuk cita menyerbu satu tujuan

Mimpi, asa, dan seluruh impian

Menjadi saksi sebuah kebersamaan

 

Gemuruh tangis dan tawa meriuh

Menggemakan suka duka kehidupan

Namun, di kala perpisahan menjemput

Akankah kita lepas jalinan cinta ini?

Sebuah jalinan persahabatan yang

Kian lama terukir indah

Di gubuk ilmu

 

Mojokerto, 2010

 

 


Komentar