Perempuan, Ini Cara Menghadapi Nyinyiran Mengerdilkan
Sumber: Pexels |
Kamu tak perlu mengikuti semua kata mereka. Asal sesuai dengan prinsip kebenaran, jangan goyah hanya karena disebut tak biasa. Kamu ya kamu. Mereka ya mereka.
Nggak bisa
dipungkiri, segala stereotip gender yang menyudutkan perempuan masih
berkeliaran. Dalam obrolan sehari-hari, kita sering mendengar berbagai
komentar, pernyataan, hingga basa-basi yang secara nggak langsung mengerdilkan
posisi perempuan. Mulai dari celetukan seperti, “Jadi cewek jangan pinter-pinter. Ntar nggak ada cowok yang mau,”
What? Kenapa perempuan
nggak boleh pinter? Biar nggak bisa bersaing dengan laki-laki? Biar tiap hari
bisa dibodohi terus sama laki-laki? Dibohongin, diselingkuhin, dilecehin,
di-KDRT-in? Nggak mutu banget pakai bilang “Ntar
nggak ada cowok yang mau”. Ya kalau cowoknya ‘bodoh’ memang nggak mau!
Sayangnya, nggak
semua orang bisa tegas berkomentar demikian. Saat ada yang sok ceramah, “cewek tuh harus gini, nggak boleh gitu, bla
bla bla…” kita justru sering terjebak dalam insekuritas akut hingga
mempertanyakan ulang prinsip kebenaran yang kita yakini. “Oh, kalau jadi cewek itu yang bodoh-bodoh aja ya? Biar gampang nemu
jodoh?”
NO GIRLS! Kita
nggak perlu mengikuti semua kata mereka. Asal sesuai dengan prinsip kebenaran,
jangan goyah hanya karena disebut tak biasa.
Berikut ini adalah beberapa cuplikan dialog bernada seksis yang seringkali
memporak-porandakan hati perempuan. Saat kamu mendengarnya, hadapi dengan tegas
lewat jawaban-jawaban nan elagan berikut ini.
Kamu ya Kamu...
Saat ada yang
bilang, “Jadi cewek galak amat sih. Cuek! Jutek! Kalau ngomong pedes! Judes!
Awas lho nanti nggak ada cowok yang mau sama kamu. Jadi cewek kayak biasanya
lah, yang manis, ramah ke semua orang,”
Katakan, “Sorry ya, aku nggak mau jadi cewek biasanya,”
(singkat, padat, dan aroma cueknya itu lho...)
“Kamu cewek kok
nggak kayak cewek sih? Wajah kusam, jerawatan, banyak komedo dan flek hitam
dimana-mana. Makanya, jangan sering jajanin hobi yang nggak penting. Alokasikan
dana buat beli skin care dan
konsultasi ke dokter kecantikan. Biar kamu cantik kayak cewek-cewek itu tuh!
Segera tangkis,
“Lho, saya ini cewek! Sama kayak mereka.
Bedanya, kalau mereka itu cantiknya dari bedak, kalau saya cantiknya dari dalam
hati. Selama hati kita baik, kecantikan pasti memancar kok,” (Bernada
bijak, sangat cocok untuk menangkis nyinyiran netizen yang suka body shaming. Dikira dapat kulit mulus, glowing, dan bebas jerawat itu cukup
dengan langganan skin care saja? Tak semudah itu Rukayyah!)
“Lho, kamu itu
mau ke kondangan kok kayak gini sih? Kamu nggak mau pakai make-up dulu? Ayo sana pakai bedak dulu. Jangan lupa lipstick dan
pensil alisnya yang cetarrr. Jadi cewek jangan polosan gini!”
Untuk urusan make-up memang nggak bisa diseragamkan.
Ada perempuan yang doyan pakai make-up sampai
gambar alis aja pakai busur derajat biar sudut-sudutnya tepat. Tapi, ada juga
yang sebaliknya: merasa paling ribet dan nggak nyaman kalau dipaksa tampil dengan
pulasan make-up.
Kalau kamu
termasuk tipe nomor 2, ingat pasal pertama dalam tulisan ini ya: Asal sesuai
dengan prinsip kebenaran, jangan goyah hanya karena disebut tak biasa. Kamu ya
kamu. Mereka ya mereka. So, saat
mereka bertanya, “Kok nggak pakai make-up
sih?” Katakan, “Iya nih, aku tampil gini aja sudah cantik paripurna. Nanti
kalau ditambah make up jadinya malah
sidang paripurna” (Eits, kok nggak nyambung ya? Biarin aja dah! Biar mereka
bingung, lalu googling apa itu sidang
paripurna)
Ditanya Kapan Nikah?
Dan yang paling
sering ditanyakan bapak-bapak ojol di kala menjemput penumpang perempuan muda
adalah, “Kok sendirian aja kak? Temennya mana? Pacarnya mana? Biasanya kan
cewek paling nggak berani kalau pergi-pergi sendirian?”
“Ya itu kan cewek biasanya. Saya bukan cewek biasanya
pak! Saya itu nggak mau mematikan lahan rezekinya orang. Kalau saya dijemput
sama pacar, Bapak mah nggak bisa dapat penumpang seperti saya. Saya itu selalu
ngasih bintang 5 lho pak,”
“Oh, mbaknya baru lulus toh. Wah, sebentar
lagi nikah dong ya! Biasanya kan cewek itu nggak mau nunggu lama-lama. Jadi,
kapan nih mbak? Jangan nunda-nunda mbak. Cewek itu kalau sudah tua makin susah
dapat jodohnya. Nanti bakal jadi gunjingan tetangga lho!”
Lebaran sudah
buyar, masih aja ditanya kapan nikah -___-
Yakali asal udah
lulus sekolah/ kuliah, semua perempuan cuma nunggu dikhitbah? Hidup nggak
sedangkal kolam pancing bung! Untuk pertanyaan ini, sudah banyak yang ngasih
opsi jawabannya. Mulai dari yang klise “Do’ain saja”, sampai yang rada sarkas,
“Memangnya kenapa? Mau bantu sumbang biaya gedung dan catering-nya?”
Yang pasti,
selalu ingat pasal pertama: Jangan goyah selagi kita berada dalam prinsip
kebenaran. Cewek itu harus cantik, nggak boleh cuek, nggak boleh galak, nggak
boleh pinter, harus pakai make up, harus
pakai skin care. Nikahnya harus
cepet-cepet…. Apakah kalimat-kalimat itu bagian dari prinsip kebanaran? Coba
renungkan kembali~
Komentar
Posting Komentar
Tulis Komentarmu :)