Curhatan Obat Nyamuk

Sumber: Pexels

Akhir-akhir ini aku mulai kesal menjadi obat nyamuk. Sejak Mas Autan dan Mbak Soffel berpacaran, kini aku sering menjadi ‘obat nyamuk’ dalam hubungan mereka. Yap, obat nyamuk yang menjadi ‘obat nyamuk’.
 
Akulah Baygon si obat nyamuk yang terkenal itu tuh. Tapi, orang-orang suka memelesetkan namaku menjadi Bagong, tokoh wayang yang dikenal banyak omong. Aku benci panggilan itu. Makanya, aku lebih suka menyebut diriku Boygan, singkatan dari Boy ganteng, hehe…

Layaknya Nicholas Saputra, aku memilih hidup sebagai seorang single ganteng yang berkelas. Aku habiskan waktuku untuk berkarir sebagai obat nyamuk paling ampuh dalam urusan membunuh. Tak heran, aku dikenal paling inovatif dalam mengeluarkan jurus-jurus membunuh nyamuk. Mulai dari jurus semprot, bakar, hingga elektrik, semuanya ada. Yang nggak ada cuma satu: kehadiran kamu di sisiku, heuheu…

Akhir-akhir ini aku mulai kesal menjadi obat nyamuk. Sejak Mas Autan dan Mbak Soffel berpacaran, kini aku sering menjadi ‘obat nyamuk’ dalam hubungan mereka. Yap, obat nyamuk yang menjadi ‘obat nyamuk’. Malang sekali nasibku! Padahal, jasaku amat mulia untuk membunuh nyamuk-nyamuk menyebalkan yang suka menggigit dan mengganggu tidur manusia. Eh, manusia malah seenak dengkulnya menyabotase namaku menjadi sosok yang selalu tak dianggap.


Kok Bisa?

Secara denotatif, obat nyamuk sepertiku bermakna pelindung. Akan tetapi, manusia malah mengartikannya secara konotatif sebagai pengganggu. Istilah obat nyamuk digunakan untuk menyebut orang-orang dengan kegiatan membosankan yang mau-maunya nemenin sohibnya pacaran. Keterlaluan sekali!

Gara-gara menjadi ‘obat nyamuk’ dalam hubungan Autan dan Soffel, jiwa psikopatku mulai impoten. Dulunya aku merasa gagah karena mampu membunuh nyamuk hanya dengan sekali semprot. Namun, akibat gelar ‘obat nyamuk’ yang kudapat baru-baru ini, daya semprotku melemah. Mungkin, perlu seratus semprotan untuk membunuh bayi-bayi nyamuk yang baru belajar terbang.

Semua bermula ketika Mas Autan dan Mbak Soffel terlibat cinta lokasi. Setiap kali bertugas membasmi nyamuk-nyamuk membandel di kerajaan manusia, mereka berdua malah bermesraan di dekatku. Benar-benar tidak tahu diri! Sungguh perbuatan yang tidak berperi kejombloan sama sekali!

Awalnya, kami bertiga bercakap-cakap akrab seperti biasa. Akan tetapi, aku mulai diabaikan sekitar menit ke-10. Saat itu mereka berdua mulai membicarakan hal-hal yang tak kumengerti dengan jelas. Aku cuma bisa plongah-plongoh yang kemudian dibalas senyum-senyum tak berdosa dari mereka. Tak jarang, mereka saling menatap, bergandengan tangan, dan membelakangiku yang ada di sampingnya. Terus, aku bisa apa dong? Menatap mereka sambil memelas? Kurang kerjaan banget! Aku pun memilih pergi tanpa pamit.


Tidak Berhenti di Situ Saja...

Selain menjadi ‘obat nyamuk’ yang selalu diabaiakan, aku pun didaulat sebagai makelar tak resmi dalam hubungan mereka berdua. Setiap kali Autan dan Soffel bertengkar, aku dipaksa menjadi penengah yang harus melerai keegoisan mereka. Bahkan, aku sempat dijadikan humas dadakan yang harus menyelamatkan hubungan mereka di tengah krisis kepercayaan.

Saat Mbak Soffel curiga Mas Autan main mata dengan Tante Tiga Roda, akulah yang diminta mencari cara agar Mbak Soffel kembali percaya. Autan memintaku untuk meyakinkan Soffel bahwa telah terjadi kesalahpahaman diantara mereka. Pokoknya, bagaimana caranya agar aku mencitrakan Autan sebagai pacar yang setia dan jauh dari skandal perselingkuhan. Kemudian, aku juga dimintai bantuan untuk menjadwalkan pertemuan romantis dimana mereka bisa saling maaf-maafan walau nggak sedang lebaran. Oh my God, betapa multi-talent peranku sekarang!

Lama-kelamaan aku benci sendiri. Mengapa aku terus-terusan dilibatkan dalam hubungan mereka? Mungkin, kalian akan menyebutku sebagai obat nyamuk paling mengenaskan karena hanya dapat menonton romantisme kedua sahabatku. TAPI, bukan itu masalahnya. Seringkali kita lupa diri ketika sedang berbahagia. Kalau senang dibagi bersama pacar, kalau sedih dicurhatin bareng sahabat. Persis seperti peribahasa “habis manis sepah dibuang”. Habis menjadi manajer humas, aku pun turun jabatan menjadi ‘obat nyamuk’ lagi.


Sabar Lur!

Untuk kalian para manusia yang bernasib sama sepertiku, bersabarlah lur! Boygan bersamamu kawan! Kalian tak perlu insecure hingga merasa diri tak berguna. Justru jasa kalian amatlah mulia untuk menciptakan kebahagiaan bagi sahabat. Bahkan, kalau kalian juga nyambi manajer humas sepertiku, jasa kalian lebih mulia lagi. Kalian benar-benar seorang pelindung yang baik untuk mempertahankan hubungan cinta sahabat kalian sendiri. Kalian ibarat Tante Tiga Roda yang rela membakar dirinya sendiri untuk melindungi manusia dari gigitan nyamuk yang membandel. So sweet sekaliii~

Di luar itu, aku berdo’a semoga tak akan ada lagi peran obat nyamuk sepertiku. Bukankah kalian mengenal prinsip memanusiakan manusia? Lantas, mengapa kalian metaforkan sahabat kalian sendiri sebagai obat nyamuk?  Sebagai obat nyamuk beneran, aku juga benci lho kalau namaku dicatut terus-terusan!


Bangkalan, 2016


Bagikan tulisan ini ke:

Komentar