Mati dalam Tidur

by Google

Orang Jawa menyebutnya tindihan—kondisi dimana seseorang merasa lumpuh dan tidak bisa terbangun dari tidurnya. Konon, sejumlah orang percaya bahwa tindihan disebabkan ulah setan/ jin yang menindih manusia ketika mereka tidur. Dalam beberapa kasus, seseorang  yang mengalami tindihan menyaksikan dirinya ditindih oleh makluk hitam besar dan menyeramkan. Hal itu membuat penderitanya kesulitan bernafas dan tidak bisa bergerak untuk bangun. Kononnya lagi, orang yang tidak mampu membangunkan dirinya sendiri dari tidur tersebut lama kelamaan akan mati. Ngeri sekali bukan? 

Saya termasuk ‘seseorang’ yang sering mengalami tindihan, terutama ketika tidur siang atau sore. Pertama kali saya mengalami tindihan, ketika saya duduk di bangku kelas 7 sekolah menengah.  Tepat ketika saya mengalami tindihan, saya merasakan tubuh saya teramat sakit untuk digerakkan—bahkan saya tidak mampu menjulurkan lidah ataupun mengeluarkan suara. Rasanya ingin merintih, menangis, dan meminta bantuan, tapi saya tak mampu melakukannya.

Di saat itu juga saya seperti berada dalam mimpi. Saya melihat rangkaian alur cerita absurd yang sering kita temui dalam mimpi. Kadang, beberapa alur cerita seolah nyata—seperti mendengar suara orang-orang di sekitar kita yang sedang bercakap-cakap, dsb.  Namun, tak jarang juga bayangan yang saya lihat sangat menyeramkan. Saya pernah melihat kasus pembunuhan, pelecehan seksual, hingga pelarian seorang buron. Akhirnya yang saya lakukan hanya berdo’a dalam hati. Saya merapalkan berbagai ayat dan memohon pada Tuhan agar segera bangun dari tidur. Kadang saya mengucapkan Al-fatihah satu kali, dan setelah itu saya terbangun seperti biasa. Berbagai bayangan buruk ketika tindihan menghilang begitu saja. Satu-satunya yang tersisa hanya perasaan linglung dan tak berdaya.

Ketika saya menceritakan hal ini pada orangtua atau teman terdekat, tanggapan mereka sama: salahnya sendiri nggak berdo’a, nggak wudlu dulu sebelum tidur, dst. Saya hanya bisa melengos, padahal saya tak pernah lupa mengucap do’a sebelum tidur. Tapi kalau wudhu….. hmmm… saya memang tidak pernah  melakukannya sih! Mungkinkah itu ulah makhluk halus? Saya ragu.

by Google
Akhirnya dalam suatu kesempatan, saya membaca sebuah artikel di internet yang membahas tentang tindihan. Artikel tersebut cukup membuat saya lega, sebab tindihan termasuk kelainan medis yang telah diteliti sejumlah dokter. Namanya sleep paralysis (kelumpuhan dalam tidur). Kelainan ini menyebabkan  tubuh penderitanya lumpuh seketika dan tidak mampu digerakkan. Sayangnya, belum ada penelitian lebih lanjut yang menemukan penyebab serta cara menangani sleep paralysis. Sejumlah dokter menduga, penyebab sleep paralysis yaitu faktor kelelahan, stress, serta intensitas tidur yang terlalu berlebihan atau justru sebaliknya.

Saya mencoba berpikir positif, kadang saya terlalu lama tidur, sampai akhirnya ketika ingin bangun tubuh saya menjadi lumpuh. Namun, setelah membaca Al-fatihah satu kali dan memohon pada Tuhan untuk segera membangunkan saya, saya pun terbangun. Bodohnya, saya tidak segera turun dari kasur dan malah memejamkan mata kembali. Alhasil, saya pun mengalami sleep paralysis season 2. Membaca Al-fatihah lagi, berdo’a lagi, dan akhirnya terbangun. Begitu seterusnya sampai saya kapok.

Pengalaman berulang mengalami sleep paralysis membuat saya arogan. Saya terlalu percaya diri, dan mengentengkan surat Al-fatihah beserta do’a permohonan akan membuat saya terbangun seperti biasa. Hingga suatu ketika, saya mengalami sleep paralysis yang teramat dasyat. Saya tidak segera terbangun meskipun sudah saya rapalkan segala macam do’a dan ayat Al-qur’an. Mulai dari Al-fatihah seperti biasanya, lalu ayat kursi—yang katanya khusus mengusir makhluk-makluk halus, serta segala macam surat pendek yang saya hafal. Namun hasilnya nihil.

Semakin saya melawan kelumpuhan yang menjalar di seluruh tubuh saya, saya semakin merasa SAKIT. Saya semakin sulit bernafas. Tangan saya yang kebetulan memegang leher ketika tidur, saat itu seperti sedang mencekik leher saya sendiri. Saya hampir menyerah kalau memang takdir-Nya menginginkan saya mati dalam tidur. Namun, saya terus memohon dan memohon. Kali ini dengan segala kesungguhan yang bisa saya lakukan. Saya juga janji setelahnya saya bangun tidak akan tidur lagi, dan segera menjalankan sholat. Dan akhirnya…… Allah mengabulkan: saya terbangun seperti biasa—meskipun harus merasakan linglung, ditambah tenggorokan kering, dan nyeri di bagian leher. Saya khawatir kalau saya benar-benar mencekik leher saya sendiri pada waktu tidur.

Hikmah yang kemudian saya dapatkan adalah: Sekalipun pengalaman memberimu banyak hal, kita tidak akan tahu bagaimana kuasa Tuhan akan menentukan alur kehidupan. Sekalipun berpengalaman bangun dari tindihan, tak selayaknya mengatakan “semua akan beres setelah satu bacaan Al-Fatihah dan sedikit do’a permohonan”.

Bangkalan, 26 September 2016

Komentar