Melawan Takut

by Google
Semua orang memiliki ketakutan dalam hidupnya! Fakta inilah yang kemudian diangkat Mochtar Lubis lewat novelnya yang berjudul Jalan Tak Ada Ujung. Guru Isa, tokoh utama yang diciptakan Mochtar Lubis dilukiskan sebagai sosok lelaki yang penuh ketakutan: takut penjajah, takut pada istri, takut miskin, hingga ketakutan yang begitu besar pada kematian. 

Setiap waktu yang dilalui Guru Isa ialah ketakutan-ketakutannya yang mengerikan. Dan semakin waktu, ketakutan itu justru dirasakannya semakin mengular dan terus-terusan—laksana jalan yang tak ada ujungnya. Pertanyaan yang kemudian menggerayangi kalbu pembaca ialah: Apa benar setiap ketakutan manusia tak ada ujungnya? Dan kalau ada, dimanakah manusia dapat menemukan ujung jalan itu? Kisah Guru Isa yang terangkum dalam novel setebal 167 halaman ini akan menyuguhkan jawabannya...





Judul : Jalan Tak Ada Ujung
Penulis : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun terbit : 2010 (cetakan ke-7)
Tebal : 167 + vi halaman


Mula-mula menggambil latar sejarah tahun 1946—dimana tentara NICA Belanda kembali menyerbu Indonesia—khususnya di Jakarta. Disitulah awal ketakutan rakyat Jakarta yang digambarkan Mochtar Lubis dalam novel ini. Guru Isa sendiri menjadi bagian dari rakyat yang takut akan datangnya tentara NICA. Sebagai seorang suami, ia juga takut pada istri yang tak bisa dinafkahinya sebaik-baiknya.

Namun jangan kecewa terlebih dahulu. Guru Isa bukanlah seorang lelaki lemah. Ketakutannya pada Belanda justru dilawannya dengan bergabung dalam barisan pejuang kemerdekaan. Tapi apa boleh buat, bergabungnya Guru Isa dalam barisan pejuang justru membuatnya merasakan teror yang semakin membesar. Di saat itulah ia merasa memang tak ada ujung dari ketakutannya.

Yang menarik, Mochtar Lubis mengakhiri kisah Guru Isa ini dengan sebuah kutipan yang memikat: Semua orang hidup dan menyimpan ketakutan-ketakutannya sendiri. Orang harus belajar hidup dengan ketakutan-ketakutannya. Seperti Guru Isa yang takut pada penjajah—ia pun melawan penjajah lewat keanggotaannya dalam barisan pejuang. Meski perlawanan itu penuh keterpaksaan, dan ketakutan yang ia rasakan malah semakin besar jumlahnya, tetaplah ingat: tak akan ada ujung jika kita hanya diam pada ketakutan-ketakutan kita. Setidaknya ketika kita menghadapinya, jalan yang kita lalui akan mengantar kita pada pengalaman-pengalaman yang lainnya.

Novel Jalan Tak Ada Ujung milik Mochtar Lubis ini tentu sayang jika dilewatkan. Barangkali setelah membacanya, Anda akan temukan ujung jalan dari ketakutan Anda!

Komentar